Laman

Thursday, January 21, 2021

ngaji mentera telor asin sebuah mimpi

 

masjid miftachul huda sriyatno karang geneng boyolali

Aku ketemu masjid ini gara-gara tanya sama penjual pisang selimut, dimana yang jual telor asin murah. Dia bilang di depan Masjid Sriyatno, seperti biasa kalau di desa itu nama dukuh lebih terkenal dibandingkan nama masjid yang biasanya pakai nama bahasa arab.


Betul sekali setelah sampai ke masjid sriyatno memang ketemu dengan tanda penjual telor asin, disitu aku berusaha kulo nuwun sampai yang punya rumah keluar. Alhamdulillah benar setelah yang punya rumah keluar bahwa harga telor asinnya memang murah sekali.

Selain kedua tanda itu, masjid dan penjual telor asin, ada satu lagi yang menggelitik yaitu tanda TPQ. Langsung saja ingatanku melayang ke kenangan lama ketika almarhumah ibuku meng-conduct tpa lansia di rumah kemlayan waktu itu juga pakai suguhan telor ayam rebus dan tidak asin sama sekali. Kebetulan waktu itu kita dirumah ternak ayam petelor.

masjid miftachul huda sriyatno karang geneng boyolali


masjid miftachul huda sriyatno karang geneng boyolali 

masjid miftachul huda sriyatno karang geneng boyolali

Nah kalau digabungkan dengan menulis terjemahan al qur'an, misal al maniah itu 12 bagian hafalan al hufaz dan setiap bagian di ulang dua kali ( a.k.a 24 kali per temuan ), kalau setiap kali datang dapat telor seharga Rp 2.500 maka per anak untuk surat al maniah ber biaya Rp 60.000 ( enam puluh ribu rupiah ). Andai anggaran 9 milyar untuk gedung ini di pindahkan ke menulis terjemahan surat al maniah jatuhnya bisa 150.000 anak. Sekali lagi seratus lima puluh ribu anak. Baru berangan-angan saja sudah sangat bahagia.

No comments:

Post a Comment